Dosen Pembimbing :
Ir. Soekibat Roedy Soesanto
Ir.Abdulah Hidayat SA,MT.
ABSTRAK
Pada musim kemarau sebagian besar wilayah di Propinsi Nusa Tenggara Barat sering mengalami kekeringan.
sungai-sungai yang pada musim penghujan banyak terdapat air, pada musim kemarau menjadi berkurang airnya dan di
sebagian kawasan terkadang menjadi kering. Sungai Sori Lelamase adalah salah satu sungai yang pada musim kemarau
akan mengalami kekeringan. kondisi ini membuat masyarakat di sepanjang sungai Sori Lelamase khususnya masyarakat
desa Kendo dan Desa Nungga kecamatan Resenae Timur mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih, Terutama
untuk kebutuhan air baku
Perencanaan kapasitas embung ini didasarkan pada data curah hujan. Untuk mendapatkan data debit air yang
masuk ke dalam embung, maka data curah hujan dikonversikan ke data debit air. Perencanaan pelimpah didasarkan pada
analisa debit banjir rencana menggunakan hidrograf satuan sintetik Nakayasu. Tubuh bendungan menggunakan tipe
urugan. Setelah desain konstruksi embung diperoleh, maka dilakukan kontrol stabilitas agar bangunan aman terhadap
kondisi yang berbahaya.
Dari hasil analisa diperoleh debit banjir rencana periode ulang 100 tahun sebesar 38,194 m3/dt, volume
tampungan sebesar 474522,25 m3 berada pada elevasi +136,54 m yang digunakan sebagai elevasi mercu pelimpah ,
elevasi muka air banjir pada ketinggian +138,65 m, elevasi puncak bendungan pada ketinggian +140,65 m, elevasi dasar
sungai pada ketinggian +119,00 m, tinggi jagaan diambil 2,00 m, tinggi bendungan 21,65 m, lebar mercu bendungan 7,00
m,kemiringan lereng up stream 1 : 2,00, kemiringan lereng down stream 1 : 2,00. Konstruksi stabil terhadap gaya-gaya
yang terjadi pada kondisi yang berbahaya. Tampungan yang ada, mampu memenuhi kebutuhan air baku(air minum)
penduduk pada proyeksi tahun 2030 yang berjumlah 3992 jiwa dengan kebutuhan air sebesar 85 l/org/hari
Katakunci:Embung,Kapasitastampungan,Airbaku
S=
(
∑ R−R )
2
menggunakan parameter X2, oleh karena itu
disebut dengan uji Chi – Kuadrat. Parameter X2
N −1 dapat dihitung dengan rumus :
• Koefisien vareasi (Coefficien of G
(O − Ei )2
Xh = ∑ i
2
Vareation)
i =1 Ei
s
Cv = dimana :
x 2
• Koefisien Kemencengan (Coefficien of
Xh : parameter Chi – Kuadrat terhitung
Skewness) : G : jumlah sub – kelompok
Cs =
(
∑ x − x .N )
3 Oi : jumlah nilai pengamatan pada sub
kelompok ke – i
(N − 1)(N − 2).s 3 Ei : jumlah nilai teoritis pada sub
kelompok ke – i
• Koefisien ketajaman (Coefficien of
Kurtosis) :
( )
2. Uji Smirnov – Kolmogorov
4
∑ x − x .N 2 Uji kecocokan ini sering disebut uji
Ck =
(N − 1)(N − 2)(N − 3)s 4
kecocokan non parametic,karena pegujian
tidak mengunakan fungsi distribusi
Keterangan : tertentu.Rumus yang digunakan adalah:
R = data dari sampel D = maksimum [P( X ) − P ( X )]
,,
Fungsi utama Embung adalah untuk • Menghitung debit 20% tidak memenuhi
memanfaatkan air pada musim penghujan, dengan rumus : m=0,2xN
menampung air sehingga dapat dimanfaatkan Dimana :
pada musim kemarau. Hal yang terpenting dari
embung adalah kapasitas embung atau m : jumlah tahun yasng tidak memenuhi
kapasitas tampungan yang meliputi : N : jumlah banyaknya debit tahunan
4
2.6.3 Analisa Kebutuhan Air Baku (I1 + I 2 ) ∆t + S −
Q1 ∆t Q ∆t
Berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan air 1 = S2 + 2
baku maka Embung Kendo juga akan berfungsi 2 2 2
untuk penyediaan air baku untuk kecamatan Bila debit masuk, hubungan volume
Rasanae timur khusunya untuk beberapa Desa yang tampungan deng elevasi muka air, hubungan
ditinjau outflow dengan elevasi muka air, volume
Jumlah Penduduk tampungan awal, debit keluar awal semuanya
Untuk memperkirakan kebutuhan air bersih diketahui, maka persamaan tersebut di atas
untuk penduduk di sekitar Embung, faktor dapat digunakan setahap demi setahap untuk
pertumbuhan penduduk sangat menentukan dalam menghitung perubahan tampungan waduk dan
perencanaan debit kebutuhan dan sarana distribusi. outflow yang disebabkan oleh setiap banjir.
Adapun jumlah penduduk di kecamatan Rasanae
Setelah bagian kiri dari persamaan
timur pada tahun 2008 sebanyak 3159 jiwa.
diketahui semuanya, maka bagian kanan
Proyeksi Jumlah Penduduk
Q 2 ∆t
Metode yang digunakan dalam perencanaan persamaan yaitu S 2 + dapat dihitung.
ini adalah Metode Geometrik dan rumus yang 2
digunakan adalah : Dengan menggambar kurva hubungan antara
Rumus : Q 2 ∆t
n
S2 + dengan elevasi serta kurva
Pn = Pt ( 1 + r ) 2
hubungan antara outflow O dengan elevasi,
( Sarwoko Mangkudiharjo, PAB 1985.1053 )
maka dapat diketahui hubungan antara O
Dimana : dengan (S2 + O/2).
Pn = jumlah penduduk pada proyeksi n tahun Pada awal penelusuran, volume
tampungan awal (S) debit keluar (Q) dan debit
Po = jumlah penduduk pada awal tahun data
masuk (I) diketahui.
Pt = jumlah penduduk pada akhir tahun data
Setelah langkah waktu ∆t telah
r = laju pertumbuhan penduduk ( % ) ditetapkan, maka seluruh komponen persamaan
bagian kiri telah diketahui semuanya, sehingga
t = selang waktu tahun data bagian kanan persamaan yang merupakan fungsi
n = jumlah tahun proyeksi Q2 ∆t
S2 + dapat dihitung.
Konsumsi Air 2
2.8. Evaporasi
Tingkat kebutuhan air untuk keperluan Mengingat evaporasi dipengaruhi oleh
domestik antara satu kota dengan kota lain akan berbagai faktor, maka sulit untuk menghitung
sangat berbeda. Besarnya penggunaan air untuk evaporasi dengan suatu rumus. Akan tetapi, kesulitan
keperluan domestik dapat diperkirakan itu telah mendorong orang-orang untuk
berdasarkan kategori kota yang mempengaruhi mengemukakan banyak rumus.
pola kehidupan masyarakat NTB. Rumus empiris Penman :
Kehilangan Air V
E = 0,35(ea − ed )1 +
Kehilangan air direncanakan maksimal 100
sebesar 20% berdasarkan Kriteria Perencanaan (Hidrologi untuk Pengairan,, Ir.Suyono
Sector Air bersih, Direktorat Air Bersih. Sosrodarsono &Kensaku Takeda Hal 57)
Dimana :
2.7. Penelusuran banjir lewat waduk E = evaporasi (mm/hari).
ea = tekanan uap jenuh pada suhu rata-rata harian
Salah satu manfaat dari pembangunan (mm/Hg)
bendungan adalah untuk mengendalikan suatu sungai. ed = tekanan uap sebenarnya (mm/Hg).
Apabila terjadi banjir, maka permukaan air didalam V = kecepatan angin pada ketinggian 2 m di atas
waduk naik sedikit demi sedikit dan waduk akan permukaan tanah (mile/hari)
penuh air dan mencapai ambang bangunan pelimpah. 2.9. Keseimbangan Air (Water Balance)
Tinggi permukaan air waduk maksimal ini harus Perhitungan Keseimbangan air ini untuk
dapat dihitung dengan teliti dengan melakukan mengetahui berapa perubahan volume waduk
penelusuran banjir. Dengan mengetahui tinggi akibat debit Inflow dan Outflow.
permukaan air waduk maksimal ini dapat dicari tinggi • I – O = ± ∆S
bendungan paling menguntungkan (optimal) yang Dimana :
masih dalam keadaan aman terhadap resiko banjir. I = inflow Daratan : P = Et + SRO + GWF ± ∆S
Metode penelusuran banjir di waduk yang lazim O = outflow Lautan : E = P + SRO + GWF ± ∆S
digunakan yaitu, “Modified Pul’s Method”, dengan ∆S = change in storage
persamaan sebagai berikut : GWF = ground water flow
SRO = Surface run off
(I 1 + I 2 ) (Q1 + Q2 ) Et = Evapotranspirasi
− = S 2 − S1 P = Presipitasi
2 2
I>O ∆s Positif
Sumber : Soedibyo 1988
I<O ∆s Negatif
Dimana : 2.10. Tipe tubuh Bendungan
I1, I2 = inflow pada waktu t1, t2 o Lebar Puncak
Q1, Q2 = outflow pada waktu t1, t2 Lebar puncak tubuh bendungan yang
S1, S2 = volume tampungan pada waktu t1, t2 direncanakan dapat dilihat pada Tabel - 2.1.
Persamaan dengan periode penelusuran ∆t setelah Tabel - 2.1. Lebar Puncak Tubuh bendungan
disederhanakan akan menjadi : Type Tinggi ( m ) Lebar Puncak ( m )
Urugan < 5.00 2.00
5.00 - 10.00 3.00
Pasangan batu / beton sampai maksimal 7.00 1.00
5
Sumber : Kriteria Desain Embung Kecil Untk Dari berbagai tipe ogee yang ada maka dipilih
Daerah Semi Kering Di Indonesia PUSLITBANG tipe ogee dengan kemiringan pada upstream atau hilir
PENGAIRAN, Maret 1994. 1: 1 (tegak).
o Kemiringan Lereng Urugan
Persamaan lengkung spillway bagian
Kemiringan lereng urugan ditentukan sedemikian
downstream bendungan adalah sebagai berikut :
rupa agar stabil Dengan mempertimbangkan hal
tersebut diatas dan mengambil koefisien gempa Y n
1 X
0,15g, diperoleh kemiringan urugan yang disarankan. =
Stabilitas lereng urugan dihitung dengan Ho K Ho
menggunakan metode A.W.BISHOP.
Sumber: KP02, 1986
o Tinggi Tubuh Bendungan
Tinggi tubuh bendungan ditentukan dengan Dimana X dan Y adalah koordinat-koordinat
mempertimbangkan kebutuhan tampungan air dan permukaan hilir (lihat gambar 2.3) dan Ho adalah tinggi
keamanan terhadap bahaya banjir ( peluapan ), energi rencana di atas mercu. Harga k dan n adalah
dengan demikian tinggi tubuh embung setinggi muka parameter. Harga ini tergantung pada kecepatan dan
air kolam pada kondisi penuh ( kapasitas tampung kemiringan permukaan belakang. Tabel 2.6 menyajikan
desain ) ditambah tinggi tampungan banjir dan tinggi harga k dan n untuk berbagai kemiringan hilir dan
jagaan. kecepatan pendekatan yang rendah.
Tabel 2.3 Harga K dan n
PuncakBendungan
Kemiringan
K n
permukaan hilir
DindingPembatas Vertikal 2 1.85
SaluranPeluncur 3:1 1.936 1.836
3:2 1.939 1.81
1:1 1.873 1.776
KolamOlak
Gambar 2.2 Penampang Tinggi Bendungan
Hd = H b + H f
Dimana :
Hd =Tinggi tubuh bendungan rencana, m.
Hk =Tinggi muka air kolam pada kondisi penuh,
m.
Hb =Tinggi tampungan banjir, m.
Hf =Tinggi jagaan, m.
o Tinggi Jagaan
Tinggi jagaan adalah jarak vertikal antara muka
air kolam / tendon pada saat terjadi banjir ( Q 50
tahunan ) dengan puncak tubuh bendungan. Gambar 2.3. Bentuk – Bentuk Mercu Ogee
Tinggi jagaan pada tubuh bendungan (Sumber: Kriteria Perencanaan 02, Tahun 1986)
dimaksudkan untuk memberikan keamanan 2.12. Perhitungan hidraulis pelimpah
tubuh bendungan terhadap peluapan akibat
Bangunan Pelimpah (spillway) adalah bangunan
banjir.
beserta instalasinya untuk mengalirkan air banjir yang
Besarnya tinggi jagaan tergantung dari type
masuk kedalam waduk agar tidak membahayakan
tubuh bendungan, seperti pada Tabel 2.2
keamanan bendungan. Apabila terjadi kecepatan aliran
air yang besar akan terjadi olakan yang dapat
Tabel - 2.2. Tinggi Jagaan
mengganggu jalannya air sehingga menyebabkan
Type Tubuh Tinggi Sketsa Penjelasan berkurangnya aliran air yang masuk kebangunan
Bendungan Jagaan pelimpah. Maka kecepatan aliran air harus dibatasi, yaitu
(m)
tidak melebihi kecepatan kritisnya. Ukuran bangunan
1. Urugan 1,00 pelimpah harus dihitung dengan sebaik-baiknya, karena
puncak bendungan
Homogen dan kalau terlalu kecil ada resiko tidak mampu melimpahkan
Ma banjir
Majemuk 0,50 Ma Normal
debit air banjir yang terjadi.
2. Pasangan Am bang DENAH PELIM PAH
Batu / Beton 0,50
3. Komposit
Saluran BagianTransisi Bagian lurus Bagian Terompet Peredam
Pengarah
Saluran Pengatur Saluran Peluncur Energi
Dimana :
Q = debit air (m³/detik).
(Sumber : Bendungan Tipe Urukan, Ir. Suyono Sosrodarsono)
L = panjang bendung (m).
Gambar 2-5 Saluran Pengarah k = koefisien kontraksi.
Harga h dapat dicari dengan rumus : H = kedalaman air tertinggi di sebelah hulu
bendung (m)
Q = C B h 3/2 m3/dt c = angka koefisien.
Dimana : 2.13. Perhitungan hidraulis peredam energi
Bangunan peredam energi digunakan untuk
C = Koefisien limpasan
meghilangkan atau setidak-tidaknya untuk
B = Panjang pelimpah (m) mengurangi energi dalam aliran air agar tidak
merusak tebing, jembatan, jalan, bangunan dan
h = Tinggi air diatas mercu pelimpah(m)
instalasi lain di sebelah hilir bangunan pelimpah yaitu
A = Luas penampang basah (m2) di ujung hilir saluran peluncur.
(Soedibyo,2003,335)
(Sumber : Bendungan Tipe Urukan, Ir. Suyono Sosrodarsono)
Khusus untuk bendungan-bendungan urugan,
• Saluran pengatur biasanya digunakan tipe-tipe sebagai berikut:
Tipe loncatan (water jump type)
Saluran pengatur dibuat dengan diding tegak lurus Tipe kolam olakan (stilling basin type)
dan makin menyempit ke hilir sebesar 12’30’ Tipe bak pusaran (roller backet type)
Dalam perencanaan ini menggunakan peredam
1 2 ° 3 0 '
energi tipe kolam olakan datar, peredam energi tipe
kolam olakan memiliki 4 ( empat ) tipe antara lain :
b 1 b 2 1. Kolam olakan datar type I
1 2 ° 3 0 '
Kolam olakan datar type I adalah kolam olakan
L dengan dasar yang datar dan terjadinya peredaman
a m b a n g
T r a n s i s i
energi yang terkandung dalam aliran air dengan
benturan secara langsung aliran tersebut ke atas
permukaan dasar kolam. Type ini hanya sesuai untuk
mengalirkan debit yang relatif kecil dan bilangan
Froude < 1,7. Seperti yang terlihat pada gambar 2.8
S p e n g a t u r S a l u r a n P e n g a t u r
hf
V² 2g If
V² 2g
Iw
W n
an
( )
Stabilitas konstruksi diinjau terhadap bahaya
D2 1
= 1 + 8F 2 − 1 geser, guling, daya dukung tanah dan rembesan
D1 2 a. Tinjauan Terhadap Bahaya Geser
Sumber: Suyono S. 2002; hal 220 Keamanan terhadap bahaya geser :
Dimana : fx∑ V
D1 dan D2 = kedalaman air (m) ≥n
Sedangkan untuk mengetahui panjang kolam olakan ∑H
menggunakan grafik hubungan antara bilangan Froude b. Tinjauan Terhadap Bahaya Guling
L Agar konstruksi aman terhadap bahaya
dengan (dimana L disini ialah panjang kolam guling, momen tahan harus lebih besar dari
D2
momen guling.
olakan yang dicari) sebagai berikut :
Ht o Ht
B R a
Vt
C A
e
b
Keamanan terhadap bahaya guling :
Mt
≥n
Mg
c. Stabilitas terhadap daya dukung tanah
ΣM L
e = −
2 2V
e< 1,6 L
ΣV 2
σ =
ΣV 6e 3 L
Sumber :Suyono S, 2002 ; hal 222
σ = 1+ −e
Gambar 2.10 . Grafik hubungan antara bilangan L L
e> 1,6 L 2
L
Froude dengan nilai
D2
8
BAB III BAB IV
METODOLOGI ANALISA HIDROLOGI
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini metodologi yang
digunakan adalah : 4.1 Data Curah Hujan
1). Study Literatur 4.1.1 Perhitungan Curah hujan Rencana
2). Pengumpulan Data Dalam perhitungan curah hujan rencana hanya
3). Penyusunan penyelesaian Masalah menggunakan satu stasiun penagkar hujan yaitu
4). Mengidentifikasi Permasalahan stasiun Sumi. Berikut adalah data hujan stasiun Sumi
Tabel 4.1 Data Curah Hujan Stasiun Sumi
Start Sebelum Di ranking Setelah Di ranking
No Tahun Curah Hujan (mm) Tahun Curah Hujan (mm)
1 1988 85 1989 152
PengumpulanData 2 1989 152 1988 85
3 1990 64 1993 85
4 1991 83 1991 83
5 1992 53 1994 83
6 1993 85 1995 83
DataTopografi DataHidrologi DataKlimatologi DataPenduduk Datatanah
7 1994 83 1996 80
8 1995 83 1997 76
9 1996 80 2006 75
10 1997 76 1999 69
MenentukanAs Uji Distribusi KebutuhanAir 11 1998 45 2005 66
Evaporasi
bendungan DataHujan Baku 12 1999 69 1990 64
13 2000 61 2003 63
Persamaan 14 2001 37 2002 62
Distribusi 15 2002 62 2000 61
Elevasi Dan 16 2003 63 2007 57
VolumeEmbung 17 2004 47 1992 53
CurahHujan 18 2005 66 2004 47
Efektif
19 2006 75 1998 45
20 2007 57 2001 37
Sumber : Balai Hidrologi Propinsi NTB
Unit Hidrograp
4.1.2 Analisa frekuensi
Analisa frekuensi digunakan Untuk menentukan
distribusi mana yang akan dipilih. Setiap distribusi
Kapasitas memilki persyaratan nilai koefisien kemencengan (Cs)
Tampungan dan koefisien kurtosis (Ck) berlainan. Persyaratan
Floodrouting
tersebut harus dipenuhi agar kemencengan distribusi
tidak terlalu besar.
Desain: Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Analisa Frekuensi
TubuhBendungan
No Tahun R(mm) R di Ranking R R-R ( R - R )2 ( R - R )3 (R - R )4
danPelimpah
1 1988 85 152 71.3 80.7 6512.49 525557.9 42412526
Tidak 2 1989 152 85 71.3 13.7 187.69 2571.353 35227.54
3 1990 64 85 71.3 13.7 187.69 2571.353 35227.54
Kontrol Kestabilan
4 1991 83 83 71.3 11.7 136.89 1601.613 18738.87
5 1992 53 83 71.3 11.7 136.89 1601.613 18738.87
6 1993 85 83 71.3 11.7 136.89 1601.613 18738.87
Ya 7 1994 83 80 71.3 8.7 75.69 658.503 5728.976
8 1995 83 76 71.3 4.7 22.09 103.823 487.9681
Kesimpulandan 9 1996 80 75 71.3 3.7 13.69 50.653 187.4161
Saran
10 1997 76 69 71.3 -2.3 5.29 -12.167 27.9841
11 1998 45 66 71.3 -5.3 28.09 -148.877 789.0481
12 1999 69 64 71.3 -7.3 53.29 -389.017 2839.824
13 2000 61 63 71.3 -8.3 68.89 -571.787 4745.832
Finish
14 2001 37 62 71.3 -9.3 86.49 -804.357 7480.52
15 2002 62 61 71.3 -10.3 106.09 -1092.73 11255.09
16 2003 63 57 71.3 -14.3 204.49 -2924.21 41816.16
Gambar diagram alir pengerjaan Tugas Akhir 17 2004 47 53 71.3 -18.3 334.89 -6128.49 112151.3
18 2005 66 47 71.3 -24.3 590.49 -14348.9 348678.4
19 2006 75 45 71.3 -26.3 691.69 -18191.4 478435.1
20 2007 57 37 71.3 -34.3 1176.49 -40353.6 1384129
ΣR 1426 10756.2 451352.9 44937950
R 71.3
Sumber : Hasil perhitungan
Sd =
(
∑ R−R )
2
=
10756,2
= 23,793
N −1 19
Sd 23,793
Cv = _
= = 0,334
71,3
R
Cs =
∑ R − R .N ( =
)
3
451352,9 x 20
= 1,960
(N − 1)(N − 2 ).Sd (19)(18)(23,793)3
3
Ck =
(
∑ R − R .N 2
=
) 4
44937950 x 20 2
= 4,23
(N − 1)(N − 2)(N − 3)Sd 4 19 x18 x17 x(23,793)4
9
Kesimpulan : karena 7,007 < 7,815 (5%) maka
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Awal Data Parameter distribusi person tipe III dapat diterima.
Statistik 4.1.3.2 Uji Smirnof – Kolmogorof
Distribusi Tabel 4.6 Hasil Perhitungan UjiSmirnov-Kolmogorof
Data Hasil Pearson Log Pearson Log Distribusi Person Type III
Normal Gumbel
Type III Type III Normal
m X P(X) = m/(N+1) P( X< ) f(t) = ( X - X ) / S tabel III-1 P'(x) P'( x< ) D
R 71,3
Sd 23,793 1 152 0.04762 0.95238 3.39173 0.9997 0.00030 0.99970 0.04732
Cs 1,960 0 1.139 Fleksibel 0 < Cs <9 Cs > 0 2 85 0.09524 0.90476 0.57580 0.7157 0.28430 0.71570 0.18906
Ck 4,23 3 5.402 Fleksibel Ck >0
3 85 0.14286 0.85714 0.57580 0.7157 0.28430 0.71570 0.14144
Cv 0,334
4 83 0.19048 0.80952 0.49174 0.6879 0.31210 0.68790 0.12162
Dari hasil Uji Parameter Statistik diatas, dapat ditarik 5 83 0.23810 0.76190 0.49174 0.6879 0.31210 0.68790 0.07400
kesimpulan bahwa data yang ada sesuai dalam distribusi 6 83 0.28571 0.71429 0.49174 0.6879 0.31210 0.68790 0.02639
Pearson Type III 7 80 0.33333 0.66667 0.36565 0.6406 0.35940 0.64060 0.02607
4.1.2 Metode Distribusi Person Tipe III
Tabel 4.4 Distribusi Person Type III 8 76 0.38095 0.61905 0.19754 0.5753 0.42470 0.57530 0.04375
DISTRIBUSI PEARSON TYPE III 9 75 0.42857 0.57143 0.15551 0.5596 0.44040 0.55960 0.01183
No Tahun R(mm) R diurutkan R R-R ( R - R )2 ( R - R )3 (R - R )4
10 69 0.47619 0.52381 -0.09667 0.4602 0.53980 0.46020 0.06361
1 1988 85 152 71.3 80.7 6512.49 525557.9 42412526
11 66 0.52381 0.47619 -0.22275 0.4090 0.59100 0.40900 0.06719
2 1989 152 85 71.3 13.7 187.69 2571.353 35227.54
3 1990 64 85 71.3 13.7 187.69 2571.353 35227.54 12 64 0.57143 0.42857 -0.30681 0.3783 0.62170 0.37830 0.05027
4 1991 83 83 71.3 11.7 136.89 1601.613 18738.87 13 63 0.61905 0.38095 -0.34884 0.3632 0.63680 0.36320 0.01775
5 1992 53 83 71.3 11.7 136.89 1601.613 18738.87
6 1993 85 83 71.3 11.7 136.89 1601.613 18738.87
14 62 0.66667 0.33333 -0.39087 0.3446 0.65540 0.34460 0.01127
7 1994 83 80 71.3 8.7 75.69 658.503 5728.976 15 61 0.71429 0.28571 -0.43290 0.3300 0.67000 0.33000 0.04429
8 1995 83 76 71.3 4.7 22.09 103.823 487.9681 16 57 0.76190 0.23810 -0.60102 0.3015 0.69850 0.30150 0.06340
9 1996 80 75 71.3 3.7 13.69 50.653 187.4161
10 1997 76 69 71.3 -2.3 5.29 -12.167 27.9841 17 53 0.80952 0.19048 -0.76913 0.2177 0.78230 0.21770 0.02722
11 1998 45 66 71.3 -5.3 28.09 -148.877 789.0481 18 47 0.85714 0.14286 -1.02131 0.1515 0.84850 0.15150 0.00864
12 1999 69 64 71.3 -7.3 53.29 -389.017 2839.824 19 45 0.90476 0.09524 -1.10537 0.1335 0.86650 0.13350 0.03826
13 2000 61 63 71.3 -8.3 68.89 -571.787 4745.832
14 2001 37 62 71.3 -9.3 86.49 -804.357 7480.52 20 37 0.95238 0.04762 -1.44160 0.0735 0.92650 0.07350 0.02588
15 2002 62 61 71.3 -10.3 106.09 -1092.73 11255.09 Sumber : Hasil perhitungan
16 2003 63 57 71.3 -14.3 204.49 -2924.21 41816.16 Dari perhitungan pada tabel 4.6. didapatkan
17 2004 47 53 71.3 -18.3 334.89 -6128.49 112151.3
Dmax sebesar 0,1891, pada data dengan peringkat 2
18 2005 66 47 71.3 -24.3 590.49 -14348.9 348678.4
19 2006 75 45 71.3 -26.3 691.69 -18191.4 478435.1
tahun 1988. Berdasarkan Tabel Nilai kritis Do untuk Uji
20 2007 57 37 71.3 -34.3 1176.49 -40353.6 1384129 Smirnov - Kolmogorov , denagn derajat kepercayaan 5 %
ΣR 1426 10756.2 451352.9 44937950 dan n = 20, maka diperoleh Do = 0,29 Karena nilai D
R 71.3 maksimum lebih kecil daripada nilai Do = 0,29 ( Dmax =
0.18906 < Do = 0.29 )
Dari tabel 4.4 akan digunakan dalam perhitungan Maka dapat Di simpulkan kalau Distribusi Person Tipe
parameter- parameter statistik untuk distribusi Pearson III dapat diterima Untuk Menghitung Distribusi Peluang
Type III adalah : Curah Hujan Perencanaan Embung Kendo
( )
2 4.1.4 Perhitungan curah Hujan Periode Ulang
∑ R−R 10756,2 Persamaan empiris distribusi Pearson Tipe III adalah:
Sd = = = 23,793
N −1 19 X= R + k .Sd
Sd 23,793 Berdasarkan data faktor k distibusi Pearson Tipe III
Cv = _ = = 0,334 Maka diperoleh hasil
71,3 Tabel 4.7 Hasil Curah Hujan Periode Ulang
R
Cs =
(
∑ R − R .N
=
)3
451352,9x20
= 1,960
No T R (mm) k Sd Xt
(N −1)(N − 2).Sd (19)(18)(23,793)3
3 1 2 71.3 -0.066 23.793 69.730
2 5 71.3 0.816 23.793 90.715
Ck =
(
∑ R − R .N 2
=
)4
44937950x20 2
= 9,647
3 10 71.3 1.317 23.793 102.635
(N − 1)(N − 2)(N − 3)Sd 4 19x18x17 x(23,793)4 4 25 71.3 1.88 23.793 116.031
5 50 71.3 2.261 23.793 125.096
4.1.3 Uji Kesesuaian Distribusi 6 100 71.3 2.615 23.793 133.519
Dalam hal ini yand digunakan :
Uji Chi Kuadrat a. Perhitungan rata-rata hujan sampai jam ke-t
Uji Smirnov Kolmogorof 2
Apabila pada pengujian fungsi distribusi probabilitas R tr 3
yang dipilih memenuhi ketentuan persyaratan kedua uji Rt = 24
tersebut maka perumusan persamaan distribusi yang tr t
dipilih dapat diterima dan jika tidak akan ditolak. Dimana :
4.1.3.1 Uji Chi – Kuadrat Rt = Rata – rata hujan pada jam ke – 1 ( mm )
Tabel 4.5 hasil Uji Chi kuadrat t = Waktu lamanya hujan ( jam)
Nilai Batas Jumlah Data
No (Oi - Ei)
2 2
Xh = (Oi - Ei) / Ei
2 T = Lamanya hujan terpusat ( jam )
Sub Kelompok Oi Ei
R24 = Curah hujan harian efektif (mm)
1 X ≤ 51,314 3 3.33 0.109 0.033
2 51,314 < X ≤ 58,927 2 3.33 1.769 0.531
3 58,927 < X ≤ 71,30 6 3.33 7.129 2.141
4 71,30 < X ≤ 83,672 6 3.33 7.129 2.141
5 83,672 < X ≤ 91,286 2 3.33 1.769 0.531
6 X ≥ 91,286 1 3.33 5.429 1.630
20 7.007
10
Jam ke 1 Dari Tabel 4.24 diatas dapat digunakan untuk penelusuran
2 banjir yang disajikan pada Tabel 4.25 sebagai berikut:
R24 5 3 Tabel 4.25. Penelusuran Banjir (Flood Routing)
Rt1 = = 0,585 xR24 t I I1 + I2 (2S/Δt) - O (2S/Δt) + O O H
5 1 (jam) (m3/dtk) (m3/dtk) (m3/dtk) (m3/dtk) (m3/dtk) (m)
Jam ke 2 0 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
2 0.50 2.163 2.163 1.712 2.163 0.225 0.047
R 5 3
Rt 2 = 24 = 0,368 xR24 1.00 12.724 14.887 13.140 16.599 1.729 0.358
Maka :
Didasarkan pada tinggi bendungan yang
2 38,194 2,11 direncanakan, maka angka standart untuk tinggi jagaan
∆h= x 0.2 x x
3 18,27 845371,06 x 2,11 pada bendungan urugan adalah sebagai berikut :
1 + Lebih rendah dari 50 m Hf > 2,0 m
18.27 x3600 Dengan tinggi antara 50 s/d 100 m Hf >3,0 m
= 0.021 m Lebih tinggi dari 100 m Hf > 3,5 m
Karena tinggi embung yang direncanakan lebih rendah
• Tinggi Jangkauan Ombak yang Disebabkan dari 50 meter yaitu 16,24 m, maka tinggi jagaan(Hf)
Oleh Angin =1.846 ≈ 2 meter
Faktor – faktor yang mempengaruhi tinggi jangkauan
ombak yang naik ke atas permukaan lereng udik 5.1.2 Menentukan Tinggi Puncak Embung
bendungan ( hw ) , dapat diperoleh dengan metode Dalam menentukan tinggi puncak Embung
S.M.B yang didasarkan pada : ditentukan berdasarkan volume efektif Embung yang
Panjang lintasan ombak ditambah dengan tinggi jagaan, barulah kita dapat
Kemiringan dan kekasaran permukaan lereng udik menentukan tinggi puncak Embung yang kita
Kecepatan angin diatas permukaan air embung rencanakan.
Karena kecepatan angin terlalu kecil maka pengaruh Pada perhitungan diperoleh
tinggi ombak akibat kecepatan angin dianggap tidak • Elevasi dasar embung = + 119,00
ada (v<20m/det). • Elevasi muka air banjir = + 138,65
• Elevasi puncak embung = 138,65 + 2
• Kenaikan Muka Air Yang Disebabkan Oleh Ketidak- = + 140,65
Normalan Operasi Pintu Bangunan Pelimpah (ha) • Sehingga tinggi puncak embung yaitu :
Ketidak-normalan pintu dapat terjadi oleh berbagai = Elevasi puncak embung – Elevasi dasar
sebab, antara lain adalah keterlambatan pembukaan, embung
kemacetan atau bahkan kerusakan – kerusakan = 140,65 – 119,00 = 21,65 m
mekanisme pintu – pintu tersebut, yang mengakibatkan 5.1.3 Menentukan Lebar Mercu Embung
terjadinya kenaikan permukaan air waduk (ha) Guna memperoleh lebar minimum mercu embung
melampaui batas maksimum rencana. Pada hakekatnya, biasanya dihitung dengan rumus sebagai berikut :
tinggi kenaikan yang disebabkan oleh hal – hal tersebut
amatlah sukar untuk diperkirakan sebelumnya. Biasanya b = 3,6 H1/3 – 3,0
sebagai standart harga ha diambil = 0.5 m. (Bendungan Type Urugan, Ir. Suyono Sosrodarsono,
• Angka Tambahan Tinggi Jagaan yang Didasarkan Kensaku.Halaman 174)
Pada Tipe Bendungan ( hi ) Dimana :
Mengingat limpasan melalui mercu bendungan b = Lebar mercu embung ( m )
urugan akan sangat berbahaya, maka untuk bendungan H = Tinggi embung ( m )
type ini angka keamanan tinggi jagaan ( hi ) diambil Maka :
sebesar 1,0 m. b = 3,6 (21,65)1/3 – 3,0
• Perhitungan Tinggi Ombak Yang Disebabkan Oleh = 7,00 m
Gempa (he) Maka lebar mercu embung adalah 7,00 m.
Untuk menghitung tinggi ombak yang disebabkan 5.1.4 Menentukan Kemiringan Lereng Bendung
oleh gempa ( he ) dapat digunakan rumus empiris yang Penentuan kemiringan lereng bendungan
dikembangkan oleh Seiichi Sato sebagai berikut : didasarkan pada data – data tanah yang akan digunakan
eτ sebagai bahan urugan, yaitu dari bahan sirtu dengan
he = x g .Ho spesifikasi yaitu :
π - Berat volume jenuh (γsat) = 1,65 ton/m3
(Bendungan Type Urugan, Ir. Suyono Sosrodarsono, - Kohesi tanah (C) = 0 ton/m3
Kensaku.Halaman 173) - Sudut geser dalam (Ф) = 30 0
Dimana : Untuk angka keamanan dalam perencanaan
stabilitas lereng bendungan dipakai SF = 1,5. Kondisi
12
gempa pada daerah Bima memiliki angka intensitas
seismis gempa sebesar 0,12 g.
Perhitungan kemiringan lereng bendungan untuk bagian
hulu dan hilir adalah sebagai berikut :
a). Kemiringan lereng bagian hulu :
m − (k × γ '×Tanφ )
SF =
1 + (k × γ '×m )
m − (0,12 × 1,65 × Tan(30))
1,5 = 1 + (0,12 × 1,65 × m ) • Perhitungan garis depresi Saat Muka air banjir
dengan menggunakan tumit (elevasi+138,65)
m − 0,1 h = 19,65 m.
1,5 =
1 + (0,198 × m ) 21,65 19,65
m = 2,18 → pakai 2 Tg α = 43,3 = L1 - - - - - - - - - - L1= 39,3 m
b). Kemiringan lereng bagian hilir : 0,3 L1 = 0.3 x 39,3 = 11,79 m.
n − (k × Tanφ ) L2 = (43,3 – 9) + 7,0 + 4
= 1 + (k × n )
= 45,3 m
SF d = 0,3 L1 + L2
n − (0,12 × Tan(30)) = 11,79 + 45,3 = 57,09 m.
1,5 = 1 + (0,12 × n ) d 2 + h2 − d
Yo =
n = 1,9 → pakai 2
Jadi untuk kemiringan lereng pada bagian hulu 57,09 2 + 19,65 2 − 57,09
=
menggunakan perbandingan 1 : 2 sedangkan kemiringan = 3,29 m.
bagian hilir dipakai perbandingan 1 : 2.
Maka garis parabola bentuk dasar dapat
diperoleh dengan persamaan :
5.1.5 Penentuan Formasi Garis Depresi
Penentuan formasi garis depresi ditinjau pada saat Y = 2.Yo. X + Yo2
embung terisi penuh ( muka Air banjir = +135,24 ).
Penentuan garis menggunakan metode Casagrande yaitu Y = 2 x3,29 X + 3,29 2
dengan peninjauan ujung tumit hilir sebagai permulaan = 6,57 X + 10,80
koordinat sumbu X dan Y. Maka dapat ditentukan garis
depresinya dengan persamaan parabola sebagai berikut: Maka diperoleh parabola dasar sebagai berikut :
Y = 2.Yo. X + Yo2
2 x 2,86 X + 2,86 2
Y =
=
5,72 X + 8,17
Maka diperoleh parabola dasar sebagai berikut :
Tabel 5.1 Titik – Titik Koordinat Garis Depresi
X Y
0.00 2.86
Gambar 5.3 Gaya Yang Berkerja Pada Irisan
-1.43 0.00 Bidang Longsor
10.00 8.09
20.00 11.07
30.00 13.41
40.00 15.39
13
∑Mr 5.1.6.1 Stabilitas Lereng Hulu (Up Stream)
F= Sebelum dilakukan perhitungan stabilitas lereng
∑Md hulu, terlebih dahulu perlu dianalisa bidang longsor yang
i=n terjadi. Titik pusat (titik O) pada bidang longsor hulu
∑ ca
i =1
1 + (Wi cos θi − ui.ai.)tgϕ ditentukan oleh parameter – parameter sudut α, Φ, dan ß.
F= Dengan n = 1 : 2 Menurut tabel 5.3 nilai sudut α = 25°,
i =n
sudut Φ = 26.57° , dan sudut ß = 35°. Pada perhitungan
∑W sin θi
i =1
i sebelumnya didapatkan tinggi bendungan (H) adalah
21,65 meter dan lebar mercu bendungan (B) adalah 7,0
(mekanika tanah 2” Hari cristadi h. Hal 361) meter. Sehingga penggambaran bidang longsor untuk
Dalam menentukan titik pusat lingkaran kritis lereng hulu seperti pada gambar sebagai berikut:
harus diselidiki sejumlah bidang longsor percobaan, guna
mendapatkan harga Fs yang paling kecil atau berbahaya.
Lingkaran kritis ini titik pusatnya dapat dicari
dengan menggunakan cara Fellinius sebagai berikut :
P
pada garis tersebut yang dianggap sebagai titik
pusat lingkaran kritis.
5. Lakukan berulang kali sampai lereng tersebut
stabil.
O
R
R 1:
n
H n
1:
a
i
4,5 H
+119,00
+138,65
+140,65
n i α β
Kekuatan γ
kondisi bidang irisan e
9
A γ W T N Ne U
Te
Irisan α sin α cos α b (m) L C.L
(m2) (t/m2) (γ.A) (Wsin α) (Wcos α) (e.T) (e.N) (U.b/cosα)
1 31.27 1.50 46.905 55.00 0.819 0.574 5.230 3.000 38.422 26.904 4.611 3.228 0 0
65.01 1.50 97.515
2 41.00 0.656 0.755 5.230 3.947 64.311 73.982 7.717 8.878 0 0
0.31 1.65 0.512
1
2
Te =e×N
gsor Pada Lereng Hilir
= 0,12 × 26,904
16
cos α = cos 55°
= 0,574
b = 5,67 m
l = b × cos α
= 5,23 × cos 55°
= 3,00 m
T = w × sin α
= 46,905 × sin 55°
= 38,442 ton
N = w × cos α
= 46,905 × cos 55°
= 26,904 ton
Ne =e×T
= 0,12 × 38,442
= 4,611 ton
Te =e×N
= 0,12 × 26,904
= 3,288 ton
U = u × b/cos α
= 0 (pada urugan tanah tidak mengalami
tekanan hidrostatis)
Cl = 0 × 3,00
=0
Contoh perhitungan pada bidang irisan yang
lainnya ditabelkan pada tabel 5.8:
Tabel 5.8 Perhitungan stabilitas lereng hilir pada
saat waduk kosong
A γ W T N Ne Te U
Gambar Bidang Longsor Pada Lereng Hilir Kondisi kosong
1 31.270 1.50 46.905 55.00 0.819 0.574 5.230 3.000 38.422 26.904 4.611 3.228 0 0
7
O
2 80.344 1.50 120.516 41.00 0.656 0.755 5.230 3.947 79.066 90.955 9.488 10.915 0 0
6
0 0
5
3 99.930 1.50 149.895 30.00 0.500 0.866 5.230 4.529 74.948 129.813 8.994 15.578
4
4 103.194 1.50 154.791 20.00 0.342 0.940 5.230 4.915 52.942 145.456 6.353 17.455 0 0
3
5 96.280 1.50 144.420 11.00 0.191 0.982 5.230 5.134 27.557 141.767 3.307 17.012 0 0
2
6 83.400 1.50 125.100 2.00 0.035 0.999 5.230 5.227 4.366 125.024 0.524 15.003 0 0
1
7 68.550 1.50 102.825 -7.00 -0.122 0.993 5.230 5.191 -12.531 102.059 -1.504 12.247 0 0
8 44.050 1.50 66.075 -16.00 -0.276 0.961 5.230 5.027 -18.213 63.515 -2.186 7.622 0 0
9 15.710 1.50 23.565 -25.00 -0.423 0.906 5.230 4.740 -9.959 21.357 -1.195 2.563 0 0
236.597 846.848 28.392 101.622 0 0
Kontrol stabilitas lereng hilir pada saat kosong
dirumuskan
Sebagai berikut:
Σ{C.l + ( N − U ) tan θ }
+119,00
Fs =
5.1.6.2 Stabilitas Lereng Hilir (Down Stream) Σ(T )
Sebelum dilakukan perhitungan stabilitas lereng
hilir, terlebih dahulu perlu dianalisa bidang longsor yang 0 + (846,848 − 0) tan 30°
=
terjadi. Titik pusat (titik O) pada bidang longsor hilir 236,597
ditentukan oleh parameter – parameter sudut α, Φ, dan ß.
= 2,066 > 1,5 (memenuhi)
Dengan m = 1 : 2 Menurut tabel 2.7 nilai sudut α = 25°,
sudut Φ = 26.57° , dan sudut ß = 35°. Pada perhitungan
kondisi gempa:
Σ{C.l + ( N − U − Ne) tan θ }
sebelumnya didapatkan tinggi bendungan (H) adalah
21,65 meter dan lebar mercu bendungan (B) adalah 7,3 Fs =
meter. Sehingga penggambaran bidang longsor untuk Σ(T + Te)
lereng hilir seperti pada gambar berikut:
0 + (846,848 − 0 − 28,392) tan 30°
=
1. Kondisi pada saat waduk dalam keadaan kosong 236,597 + 101,622
Contoh perhitungan pada bidang longsor irisan = 1,397 > 1,2 (memenuhi)
satu:
A = 31,270 m2
γ = 1,50 ton/m3
W =A×γ
= 31,270 × 1,50
= 46,905 ton
9
α = 55°
ereng Hilir Kondisi Banjir
8
= 0,819
O
6
5
4
3
17
1.
Kondisi pada saat muka air setinggi banjir
rencana
Contoh perhitungan pada bidang longsor irisan
satu:
A1 = 11,823 m2
A2 = 20,75 m2
γ1 = 1,50 ton/m3
γ2 = 1,65 ton/m3
W1 = A1 × γ1
= 17,735 ton
W2 = A2 × γ2
= 34,238 ton
α = 55°
sin α = sin 55°
= 0,819
cos α = cos 55°
= 0,574
b = 5,23 m
l = b × cos α
= 5,23 × cos 55°
= 3,00 m
T = (W1 + W2) sin α
= 42,573 ton
N = (W1 + W2) cos α
= 29,810 ton
Ne =e×T
= 0,12 × 42,573
= 5,109 ton
Te =e×N
= 0,12 × 29,810
= 3,577 ton
U = u × b/cos α
= 0 (pada urugan tanah tidak
mengalami tekanan hidrostatis)
Cl = 0 × 3,00
=0
Contoh perhitungan pada bidang irisan yang lainnya
ditabelkan pada tabel 5.9
Tabel 5.9 Perhitungan stabilitas lereng hilir pada
saat muka air setinggi banjir rencana 1. Kondisi pada saat muka turun tiba– tiba(
A γ W T N Ne Te U drawdown )
Irisan α sin α cos α b (m) L C.L
(m2) (t/m2) (γ.A) (Wsin α) (Wcos α) (e.T) (e.N) (U.b/cosα) Contoh perhitungan pada bidang longsor irisan
11.823 1.50 17.735 satu:
1 55.00 0.819 0.574 5.230 3.000 42.573 29.810 5.109 3.577 0 0
20.750 1.65 34.238 A = 31,270 m2
30.660 1.50 45.990 γ = 1,50 ton/m3
2 41.00 0.656 0.755 5.230 3.947 84.752 97.496 10.170 11.699 0 0 W =A×γ
50.420 1.65 83.193
34.490 1.50 51.735 = 31,270 × 1,50
3 30.00 0.500 0.866 5.230 4.529 81.572 141.286 9.789 16.954 0 0 = 46,905 ton
67.520 1.65 111.408
27.470 1.50 41.205
α = 55°
4 20.00 0.342 0.940 5.230 4.915 60.182 165.349 7.222 19.842 0 0 sin α = sin 55°
81.670 1.65 134.756
= 0,819
19.250 1.50 28.875
5 11.00 0.191 0.982 5.230 5.134 29.761 153.109 3.571 18.373 0 0
77.030 1.65 127.100
12.360 1.50 18.540
6 2.00 0.035 0.999 5.230 5.227 4.756 136.184 0.571 16.342 0 0
71.350 1.65 117.728
5.925 1.50 8.888
7 -7.00 -0.122 0.993 5.230 5.191 -13.082 106.543 -1.570 12.785 0 0
18
cos α = cos 55° Perencanaan Spillway
= 0,574 Tipe bangunan pelimpah pada bendungan
b = 5,23 m direncanakan dengan menggunakan tipe pelimpah bebas
l = b × cos α mercu ogee
= 5,23 × cos 55° Bentuk penampang terdiri dari 2 bagian yaitu :
= 3,00 m 1. Penampang bagian hulu dari titik tertinggi mercu
T = w × sin α Spilway
= 46,905 × sin 55° 2. Penampang bagian hilir dari titik tertinggi mercu
= 38,422 ton Spilway
N = w × cos α Spilway yang digunakan dengan menggunakan metode
= 46,905 × cos 55° CEDUS Armi (Civil Enginering Departement US Army)
= 26,904 ton
Ne =e×T a) Penampang bagian hulu dari titik tertinggi
= 0,12 × 38,422 mercu Spilway
= 4,611 ton a = 0,175 x H = 0,175 x 2,11 m = 0,376 m
Te =e×N b = 0,282 x H = 0,282 x 2,11 m = 0,606 m
= 0,12 × 26,904 R1= 0,5x H = 0,5 x 2,11 m = 1,075 m
= 3,228 ton R2 = 0,2 x H = 0,2 x 2,11 m = 0,43 m
U = u × b/cos α
= 0 (pada urugan tanah tidak b) Penampang bagian hilir dari titik tertinggi
mengalami tekanan hidrostatis) mercu Spilway
Cl = 0 × 3,00 Untuk menentukan bentuk melintang
=0 penempang hilir digunakan persamaan
Contoh perhitungan pada bidang irisan yang X n = k .Hd n −1 .Y
lainnya ditabelkan pada tabel 5.10 Dimana :
H = Tinggi muka air diatas spillway ( m
Tabel 5.10 Perhitungan stabilitas lereng hilir pada )
saat turun tiba - tiba X,Y = Koordinat mercu dengan titik awal
A γ W T N Ne Te U pada titik tertinggi dari mercu
Irisan α sin α cos α b (m) L C.L
(m2) (t/m2) (γ.A) (Wsin α) (Wcos α) (e.T) (e.N) (U.b/cosα) k,n = Parameter yg tergantung dari
1 31.270 1.50 46.905 55.00 0.819 0.574 5.230 3.000 38.422 26.904 4.611 3.228 0 0 kemiringan Muka spillway,
2
79.629 1.50 119.444
41.00 0.656 0.755 5.230 3.947 79.136 91.036 9.496 10.924 0 0
seperti tabel berikut :
0.715 1.65 1.180 Tabel 5.12 Kemiringan Muka Spillway
3
86.435 1.50 129.653
30.00 0.500 0.866 5.230 4.529 75.960 131.566 9.115 15.788 0 0 Kemiringan muka k n
13.495 1.65 22.267
Tegak lurus 2.000 1.850
77.534 1.50 116.301
4 20.00 0.342 0.940 5.230 4.915 54.258 149.073 6.511 17.889 0 0 3:01 1.936 1.836
25.660 1.65 42.339
5
65.067 1.50 97.601
11.00 0.191 0.982 5.230 5.134 28.450 146.363 3.414 17.564 0 0 3:02 1.939 1.810
31.213 1.65 51.501
3:03 1.873 1.776
52.810 1.50 79.215
6 2.00 0.035 0.999 5.230 5.227 4.526 129.609 0.543 15.553 0 0
30.590 1.65 50.474 Kemiringan muka bagian hilir spillway
45.100 1.50 67.650 direncanakan tegak lurus, maka : k = 2,000 ; n = 1,850,
7 -7.00 -0.122 0.993 5.230 5.191 -12.960 105.550 -1.555 12.666 0 0
23.450 1.65 38.693 maka persamaan menjadi :
X 1,850 = 2,000.H 1,850−1 .Y
34.524 1.50 51.786
8 -16.00 -0.276 0.961 5.230 5.027 -18.607 64.889 -2.233 7.787 0 0
9.526 1.65 15.718
9
15.689 1.50 23.534
-25.00 -0.423 0.906 5.230 4.740 -9.960 21.360 -1.195 2.563 0 0 X 1,850 = 2,000.2,111,850−1.Y
0.021 1.65 0.035
239.225 866.349 28.707 103.962 0 0 X 1,850 = 3,834.Y
Kontrol stabilitas lereng hilir pada saat turun tiba-tiba
dirumuskan Penampang lintang disebelah udik dari titik
Sebagai berikut : tertinggi bendung dapat dilihat sebagai berikut :
0 + (866,349 − 0) tan 30°
Fs = Tabel 5.13 Kemiringan muka bagian hilir spillway
239,225 x y
= 2,091 > 1,5 (memenuhi) 0 0.000
kondisi gempa: 0.2 0.013
0 + (866,349 − 0 − 28,707) tan 30° 0.4 0.048
Fs = 0.6 0.101
239,225 + 103,962 0.8 0.173
= 1,41 > 1,2 (memenuhi) 1 0.261
5.1.6.3 Kesimpulan Stabilitas Tubuh Bendungan 1.2 0.365
Dari analisa stabilitas tubuh bendungan Embung 1.4 0.486
1.6 0.622
Kendo dapat disimpulkan pada tabel berikut ini :
1.8 0.774
2 0.940
Tabel 5.11 Kesimpulan stabilitas tubuh bendungan 2.2 1.122
Up Stream Down Stream 2.4 1.317
Kondisi Tubuh
No Normal Gempa Normal Gempa 2.6 1.528
Bendungan 2.8 1.752
(Fs) (Fs) (Fs) (Fs)
3 1.991
Pada saat selesai di 3.2 2.243
1 1.40 2.07 1.40 2.07
bangun (kosong) 3.4 2.509
Pada saat muka air 3.6 2.789
2 1.25 1.78 1.39 2.05 3.8 3.083
banjir (el. +138,65)
4 3.390
Pada saat turun tiba- 4.2 3.710
3 tiba pada elevasi 1.44 2.16 1.41 2.09 4.3 3.875
+128,83 4.35 3.959
4.375 4.001
19
d2 1
= 1 + 8 . Fr 2 − 1
d1 2
1
d 2 = 0,55 × 1 + (8 × 4 , 28 2 ) − 1
2
d 2 = 3,06 m
Panjang kolam olakan :
Diperoleh dari grafik panjang loncatan
L
= 5,8
d
L
= 5,8 L = 3,06 x5,8 = 17,77 m
3,06
Q 38,194
V2 = = = 1,78 m / dt
A (7 x3,06)
5.2.3 Saluran Peluncur
Rencana teknis bangunan peluncur didasarkan
pada perhitungan-perhitungan hidrolika untuk
memperoleh gambaran kondisi pengaliran melalui
5.2.1 Saluran Pengarah saluran tersebut pada debit tertentu (debit banjir rencana,
Bagian ini berfungsi sebagai pengarah aliran debit banjir normal, dan lain-lain).
agar senangtiasa dalam kondisi hidrolika yang baik.
Pada saluran pengarah kecepatan tidak boleh melebihi
4m/dt.
Dari perhitungan didapat :
Q = 38,194 m3/dtk
P =4m
H = 2,11 m
Q 38,194
V0= = = 0,89m / dtk <4m/dt...
A (4 + 2,11).7
...(ok)
+138.65
σmaks =
∑ v 1 + 6.e ≤ ( σ )
t
B.L B
σmin =
∑ v 1 − 6.e > 0
B.L B
Dimana :
σmaks : tegangan tanah maksimal yang timbul
σmin : tegangan tanah minimal yang timbul
ΣV : gaya vertical total
B : lebar pondasi
L : panjang pondasi
e : eksentrisitas
σt : tegangan tanah yang diizinkan
berdasar pengujian yang dilakukan =
1,58 kg/m2
σmaks =
∑ v 1 + 6.e ≤ ( σ )
t
B.L B
63 6 x0,04
= 1 + ≤ 1,58
161 6
= 0,40 ≤ 1,58...........(OK )
σmin =
∑ v 1 − 6.e > 0
B.L B
63 6 x0,04
= 1 − >0
161 6
= 0,37 > 0.......(OK )
W5 ½x(5,58+5,40)x2=10,98 0,75 8,23 Tabel 5.5 Perhitungan Momen untuk Muka Airbanjir
G1 2x2x2.4= - 9,6 5 -48
Berat Sendiri :
G2 2,5x6x2.4= - 36 3 -108 G1 : 2x2x2.4 = 9,6 ton
G2 : 2,5x6x2.4 = 36 ton
G3 6,11x1,5x2.4= - 22 5,5 -121 G3 : 6,11x1,5x2.4 = 22 ton
(½x3,5x4x2.4)+( ½ G4 :(½x3,5x4x2.4)+(3,69x1) = 20,49 ton
x(1,33+0,48)x4,08=- G5 : 2x2x2.4 = 9,6 ton
G4 20,49 3,33 -68,23 Beban Air :
G5 2x2x2.4= - 9,6 1 -9,6 HA : ½x(6,11+2,11)x4x1 = 16,44 ton
Titik Berat Konstruksi :
Σ -50,78 -254,5
Tabel 5.6 Perhitungan Titik Berat Konstruksi
Jarak
jumlah Hor. M=G.b Jarak Ver. M=G.h
ke
Berat titik ke titik
4=b 4=h
(ton) (m) (tm) (m) (tm)
1 2 3 4=2x3 5 6=2x5
G1 9,6 1 9,6 1 9,6
G2 36 3 108 1,25 45
G3 22 0,75 16,5 5,55 122,1
G4 20,49 2,66 44,69 3,83 64,34
G5 9,6 5 48 1 9,6
Σ 94 226,79 250,64
226,79
Arah vertical : b = = 2,41m
94
250,64
Arah horizontal : h = = 2,67 m
94
∑L Dimana :
∑ L = Lv + 3 LH > ∆H .C
1 n : angka keamanan terhadap penggulingan
MAv : momen vertikal total
Dimana :
MAh : momen horizontal total
Ux : gaya tekanan keatas dititik X (kg/m2) 254,5
Hx : tinggi muka air dihulu (m)
n= ≥ 1.50
139,12
Lx : jarak sepanjang bidang kontak (creep line) 1,83 ≥ 1.50......(OK )
dari hulu
sampai titik X (m) Bendungan tidak akan terguling apabila :
(M Av − M Ah ) B
∑ L : panjang total bidang kontak (m) e=
1
B− <
∆H : beda tinggi muka air hulu dan hilir (m) 2 ∑V 6
Lv : panjang bidang vertical (m) Dimana :
Lh : panjang bidang horizontal (m) e : eksentrisitas
B : lebar pondasi (m)
23
MAv : momen vertikal total dx = ketebalan lantai pada titik x ( m )
MAh : momen horizontal total S = angka keamanan (diambil 1,25)
∑V : gaya vertical total Perhitungan kontrol ketebalan lantai menjadi:
2,53 − 4,10
1
e = 6−
(254,5 − 139,12) < 6 1,50 ≥ 1,25 ×
2,4
2 50,78 6
1.50 ≥ −0,82 → OK
e = 3−
(254,5 − 139,12) < 6 • Kontrol ketebalan lantai dititik 15A
50,78 6 Px − Wx
0,73 < 1....(OK ) dx ≥ S ×
γ
2,66 − 3.06
1,50 ≥ 1,25 ×
2,4
1.50 ≥ −0,2 →OK
• Kontrol ketebalan lantai dititik 19A
Kontrol Geser
f .∑ V + τ . A Px − Wx
dx ≥ S ×
N= ≥4 γ
∑H 2 ≥ 1.25 ×
3,67 − 2,215
Dimana : 2,4
N : angka keamanan terhadap geseran 2 ≥ 0,61 → OK
f : koefisien gesekan
τ : tegangan geseran dari beton terhadap Stabilitas Terhadap Rembesan
batuan pondasi Bidang konstruksi yang dilalui air tidak
A : luas permukaan pondasi boleh terjadi rembesan.agar konstrusi aman
0,75.50,78 + 0,5.161 terhadap rembesan maka harus memenuhi
N= ≥4 syarat “lane”
26,95
4.40 ≥ 4........(OK ) 1
∑ Lv + 3 ∑ Lh
Cl <
Tegangan tanah pada pondasi tidak dilampui. Dimana : ∆H
∑ v 1 + 6.e ≤ ( σ ) Cl = angka rembesan
σmaks = t ∑ Lv = Jumlah panjang
B.L B vertikal
∑ Lh
∑ v 1 − 6.e > 0
= Jumlah panjang
σmin = horisontal
B.L B ∆H = besar tinggi muka air
Dimana : Cl =3
∑ Lv
σmaks : tegangan tanah maksimal
yang timbul = 3,5+2+3+2+2+3+2+2+12,54+2+1,5+1,5+3.5
σmin : tegangan tanah minimal yang = 40,54 m
timbul
ΣV: gaya vertical total ∑ Lh =1.5+2+2+2+2+15.5+1.5+35+1,5+22+1,5
= 86,5 m
B : lebar pondasi
L : panjang pondasi ∆H = muka air banjir : 18,65 m
e : eksentrisitas ∆H = muka air setinggi mercu : 16,54 m
σt : tegangan tanah yang
diizinkan berdasar pengujian • Ditinjau saat muka air banjir
yang dilakukan = 1.4 kg/m2 1
40,54 + x86,5
σmaks =
∑ v 1 + 6.e ≤ ( σ )
t
Cl < 3 = 3,72 > 3....(ok )
B.L B 18,65
• Ditinjau saat setinggi mercu
50,78 6.0,01
= 1 + ≤ 1 .4 1
161 6 40,54 + x86,5
= 0.31 ≤ 1.4...........(OK ) Cl < 3 = 4,19 > 3....(ok )
σmin =
∑ v 1 − 6.e > 0 16,54
B.L B
50,78 6.0,01
= 1 − >0
161 6
= 0.3 > 0.......(OK )