Beragam Nama Lain Tutut di Berbagai Daerah

8 Juni 2018 12:10 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tutut mentah (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tutut mentah (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Olahan masakan siput air tawar alias tutut memiliki penggemarnya tersendiri. Cara makannya yang unik yakni diseruput dari cangkang atau menggunakan lidi, membuat hewan yang hidup di danau dan sawah ini disukai oleh banyak kalangan.
ADVERTISEMENT
Belum lagi rasanya yang pedas dan gurih menambah kenikmatan tersendiri saat menyantapnya. Selain itu, tutut juga mengandung banyak protein yang baik untuk tubuh.
Hewan yang memiliki nama latin Pila Ampullacea ini punya julukan atau sebutan yang berbeda di setiap daerah di Indonesia. Berikut kumparan merangkum lima nama siput air tawar di berbagai daerah.
1. Tutut
Tutut berasal dari bahasa Sunda yang berarti keong. Tutut banyak dijumpai di area Jawa Barat, seperti Bogor dan sekitarnya.
Bagi warga Bogor, tutut jadi camilan wajib dalam menu berbuka puasa. Satu bungkus tutut masak dihargai Rp 2 ribu hingga Rp 5 ribu saja.
2. Keong Sawah
Secara umum, masyarakat Indonesia mengenal siput air tawar ini dengan sebutan keong sawah, karena keberadaannya yang mudah ditemui di area persawahan.
ADVERTISEMENT
Namun begitu, keong yang satu ini juga bisa ditemukan di danau bahkan parit. Keong sawah memiliki cangkang berwarna hijau pekat dan hitam.
Penjual Tutut di Bogor (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penjual Tutut di Bogor (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
3. Kol
Di Jawa Tengah dan beberapa daerah di Jawa Timur, olahan keong air tawar biasa disebut dengan kol.
Di sini, kol disajikan dengan kuah kehitaman. Rasanya gurih dengan tambahan irisan cabai merah.
4. Kraca
Lain daerah, lain juga sebutan untuk si keong sawah ini. Di Banyumas, penganan berbahan dasar keong disebut kraca.
Selama bulan puasa, kraca jadi menu andalan warga Banyumas saat berbuka puasa. Kraca biasa diolah menggunakan rempah-rempah dengan kuah kecoklatan.
Yang membuat kraca begitu lezat ialah, sebelum disajikan kraca direbus menggunakan air bersih dan rempah selama 4-5 jam hingga bumbu meresap ke dalam cangkang.
Tutut mentah (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tutut mentah (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
5. Haliling
ADVERTISEMENT
Di Kalimantan Selatan, olahan makanan siput air tawar dinamai Haliling. Keong bercangkang hitam ini mudah ditemukan di persawahan, rawa-rawa, pinggiran sungai dan irigasi.
Terlebih di saat musim hujan, Haliling berkembang biak dengan pesat dan berjumlah banyak. Di Kalimantan Selatan, Haliling dimasak dengan campuran santan, daun pandan, cabai, serai, bawang dan garam.
Nah, bagi para penggemar tutut, ada hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi tutut yakni cara memasaknya harus benar-benar bersih, bila tidak maka tutut bisa beracun dan membahayakan tubuh. Seperti kasus yang belum lama ini terjadi di kawasan Tanahbaru, Bogor. Lebih dari 100 orang keracunan olahan tutut karena cara memasak yang salah.
Informasi soal kasus tutut beracun di Bogor dan serba-serbi tutut akan dibahas lengkap kumparan, Rabu 13 Juni 2018. Ikuti terus perkembangan informasi tutut dalam topik khusus "Tutut Beracun".
ADVERTISEMENT