judul gambar
BadungHeadlines

Pura Manik Galih Pelinggih Sang Hyang Taya Tempat Memohon Keturunan

Badung, LenteraEsai.id – Pura Manik Galih pelinggih Sang Hyang Taya berwujud patung tanpa kepala, selama ini disungsung pemaksan Pasek Badak dengan 17 KK di Banjar Pasekan, Desa Buduk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali.

Keberadaan pura sejauh ini diyakini sebagai tempat memohon keturunan bagi pasangan suami-istri yang tergolong lama tidak bisa memiliki ‘momongan’. 

Jro Mangku Made Pasek Arsana, pemangku di pura tersebut ketika dihubungi Senin (7/2), membenarkan tentang keberadaan pura yang sering dimanfaatkan oleh pemedek untuk ‘nunas’ keturunan atau anak.

Dikatakan, bagi krama yang berkeinginan tangkil sebaiknya saat rahinan Budha Kliwon Sinta, cukup hanya dengan membawa haturan berupa pejati saja. Namun sebelum itu hendaknya terlebih dahulu mesadok agar diketahui kapan akan tangkil ke pura, sehingga pemangku dapat mengantar dan menyampaikan (nguningayang) maksud dan tujuan pemedek.

Mengenai kelengkapan pura, Jro Mangku Pasek mengungkapkan, di bagian jaba pura terdapat satu pelinggih Pengerurah, dan di utama mandala terdapat pelinggih Padmasana linggih Ida Bhatara Siwa, Pejenengan linggih Ida Bhatara Sri Manik Galih, kemudian pelinggih Plik Sari linggih Ida Bhatara Sang Hyang Taya. Selain itu juga terdapat Gedong Penyimpenan, Taksu serta Piasan.

Asal-muasal pura berdasarkan sejarah yang ada, konon berawal ketika Anak Agung Mengwi berniat mengadu ayam (sabung ayam), namun binatang aduan yang dibawanya itu tiba-tiba terlepas dan langsung ‘nyaub’ di antara semak-semak yang ditumbuhi pohon ketket (putri malu) yang penuh duri.

Lama dicari tidak diketemukan, akhirnya Anak Agung Mengwi menyampaikan janji atau sesangi, bila ayam berhasil diketemukan, nantinya akan dibuatkan pura di mana ayam itu berhasil ditangkap.

Usai berucap janji, tak lama ayam berhasil ditemukan dan ditangkap di bawah pohon ketket, sehingga langsung dibangun pura yang dinamakan Pura Batan Ketket di lokasi itu.

“Namun seiring perjalanan waktu, entah darimana awalnya akhirnya Pura Batan Ketket ini berubah nama menjadi Pura Manik Galih,” kata Jro Mangku Pasek, memaparkan.

Adapun piodalan di Pura Manik Galih jatuh pada hari Budha Kliwon Sinta atau Hari Raya Pagerwesi. Selain pengempon pura maksan yang tangkil saat piodalan, terkadang juga ada beberapa krama dari luar maksan ikut tangkil ngaturang sembah bhakti ring lingih Sang Hyang Taya.  (LE-BD)

Lenteraesai.id